Harianibukota.com Gempa bumi yang menimpa wilayah Cianjur dan sekitarnya pada Senin (21/11) pukul 13.21 WIB. Update BNPB pukul 17.00 Selasa (22/11/22) menyatakan korban jiwa mencapai 268 orang dan korban hilang sebanyak 151 jiwa.
Kemudian disampaikan juga jumlah korban luka-luka sebanyak 1.083 orang, masyarakat yang mengungsi sebanyak 58.362 orang, serta rumah dengan rusak total sebanyak 22.198 unit.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa tersebut berkekuatan magnitudo M5,6 terletak di darat pada koordinat 107,05 BT dan 6,84 LS, berjarak sekitar 9,65 km barat daya Kota Cianjur atau 16,8 km timur laut Kota Sukabumi.
Penjelasan Parahnya Kerusakan dan Banyaknya Korban Jiwa Gempa Cianjur
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dikutip dari menjelaskan morfologi wilayah pusat gempa di kawasan Cianjur pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara gunung api Gede.
Wilayah ini pada umumnya tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai. Sebagian dari batuan rombakan gunung api muda tersebut juga telah mengalami pelapukan.
“Endapan Kuarter yang menyusun wilayah ini pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi,” dikutip dari vsi.esdm.
Ditambah lagi morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan juga memicu terjadinya gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG dan GeoForschungsZentrum (GFZ) Jerman, kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif.
Sesar aktif tersebut sampai sekarang belum diketahui dengan baik karakteristiknya dan lokasinya berada pada bagian timur laut zona sesar Cimandiri.
Badan Geologi juga menyebut bencana gempa bumi yang menimpa Cianjur ini berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya sesar permukaan dan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.
Secara terpisah, Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono pada akun twitternya menyebut sejumlah faktor yang membuat gempa M 5,6 sangat merusak di Sukabumi dan Cianjur, yaitu:
1. Kedalaman gempa yang dangkal.
2. Struktur bangunan tidak memenuhi standar aman gempa.
3. Lokasi permukiman berada pada tanah lunak (local site effect-efek tapak) dan perbukitan (efek topografi).